
Prancis dan Jerman akan meningkatkan upaya mereka untuk mengurangi ketegangan terkait Iran, namun waktu hampir habis dan risiko perang tidak bisa dikesampingkan, kata menteri luar negeri mereka.
“Kami ingin menyatukan upaya kami sehingga proses deeskalasi bisa dimulai,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada wartawan usai rapat kabinet di Paris, Rabu.
“Masih ada waktu dan kita berharap semua pelaku bisa lebih tenang. Masih ada waktu, tapi waktunya hanya sebentar,” ujarnya.
Tonton berita terkini di Channel 7 atau streaming gratis 7 ditambah >>
Inggris, Prancis dan Jerman, yang dikenal sebagai E3, merencanakan upaya baru untuk mempertahankan Iran dalam perjanjian nuklir 2015 meskipun ada ancaman Teheran untuk melanggar salah satu batasan utama perjanjian tersebut.
Namun mereka mungkin mendekati akhir dari jalur diplomatik yang mereka mulai lebih dari 15 tahun yang lalu, kata para diplomat kepada Reuters pada hari Selasa.
Iran mengatakan pihaknya tidak akan memberikan waktu lebih banyak kepada negara-negara Eropa setelah tanggal 8 Juli untuk menyelamatkan perjanjian nuklirnya dengan melindunginya dari sanksi AS.
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran mengatakan Teheran siap menindaklanjuti ancamannya untuk memperkaya uranium ke tingkat yang lebih tinggi jika Eropa tidak turun tangan, sebuah tindakan yang akan melanggar ketentuan perjanjian nuklir dengan kekuatan dunia.
Teheran mengatakan pada bulan Mei bahwa pihaknya akan mengurangi kepatuhan terhadap perjanjian nuklir yang disepakati dengan negara-negara besar pada tahun 2015, sebagai protes atas keputusan Amerika Serikat yang secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut dan menerapkan kembali sanksi pada tahun lalu.
Iran menambahkan bahwa mereka akan mulai memperkaya uranium pada tingkat yang lebih tinggi kecuali negara-negara Eropa lainnya yang menandatangani perjanjian tersebut melindungi perekonomiannya dari sanksi AS dalam waktu 60 hari.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, yang menghadiri pertemuan kabinet Perancis, mengatakan “risiko perang di Teluk belum dapat dihindari”.
“Kita harus melakukan segalanya agar hal ini tidak terjadi. Itu sebabnya kita berbicara dengan semua pihak. Saya berada di Iran dan kita juga berbicara dengan Amerika. Kita harus melakukan deeskalasi melalui dialog. Ini adalah waktu yang tepat.” ‘diplomasi dulu’ dan itulah komitmen kami.”
Negara-negara E3 telah berusaha keras untuk mempertahankan perjanjian antara negara-negara besar dan Iran mengenai dukungan kehidupan sejak Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi AS.
Le Drian mengatakan ancaman Iran pada hari Senin untuk melanggar batas persediaan uranium heksafluorida dalam perjanjian nuklir 2015 dalam waktu 10 hari sangat mengkhawatirkan dan bukan demi kepentingan Teheran, tetapi dia juga menyalahkan Amerika Serikat.
“Kami juga berpendapat bahwa keputusan AS untuk melanggar perjanjian tersebut tidak baik dan kampanye tekanan maksimumnya berkontribusi terhadap ketegangan,” ujarnya.
Perjanjian nuklir tahun 2015 berupaya untuk mencegah segala kemungkinan bom nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sebagian besar sanksi internasional.
Perjanjian tersebut mengharuskan Iran untuk membatasi kapasitas pengayaan uraniumnya, membatasi persediaan uranium yang diperkaya rendah hingga 300 kg uranium heksafluorida yang diperkaya hingga 3,67 persen atau setara selama 15 tahun.
Serangkaian inspeksi PBB yang lebih mendalam berdasarkan perjanjian tersebut menegaskan bahwa Iran telah memenuhi kewajibannya. Teheran selalu mengatakan program nuklirnya hanya untuk pembangkit listrik dan tujuan damai lainnya.
Namun Trump mengatakan dia menarik diri dari perjanjian tersebut karena perjanjian tersebut gagal mengatasi program rudal Iran atau menghukum negara tersebut karena melakukan perang proksi di Timur Tengah.
Kekhawatiran mengenai konfrontasi antara Iran dan Amerika Serikat telah meningkat sejak serangan pekan lalu terhadap dua kapal tanker minyak di dekat jalur pelayaran strategis Selat Hormuz di pintu masuk Teluk.