
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengkritik komentar pejabat Jepang yang mempertanyakan kredibilitas sanksi Seoul terhadap Korea Utara, sekaligus membenarkan kontrol ketat Tokyo terhadap ekspor teknologi tinggi ke Korea Selatan.
Masalah ini telah menjadi perselisihan diplomatik yang berkepanjangan antara negara-negara sekutu AS.
Dalam pertemuan dengan para pemimpin bisnis Korea Selatan, Moon mengatakan pemerintahannya berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomatis dan mendesak Jepang untuk menahan diri dari mendorong situasi ke “jalan buntu”.
Tonton berita terkini di Channel 7 atau streaming gratis 7 ditambah >>
Tokyo pekan lalu memperketat proses persetujuan untuk pengiriman photoresist dan bahan sensitif lainnya dari Jepang ke perusahaan Korea Selatan, yang membutuhkan bahan kimia untuk membuat semikonduktor dan display yang digunakan di TV dan telepon pintar.
Moon berbicara beberapa jam setelah para pejabat Korea Selatan mengatakan pada pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia di Jenewa bahwa tindakan Jepang akan berdampak pada produk elektronik di seluruh dunia dan menyerukan penarikan mereka.
Pejabat Jepang membantah bahwa tindakan tersebut tidak berarti larangan perdagangan, melainkan peninjauan kontrol ekspor berdasarkan masalah keamanan.
“Pemerintah (kami) melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomatis… (Saya meminta) pemerintah Jepang harus merespons. Ini tidak boleh lagi menemui jalan buntu,” kata Moon dalam pertemuan dengan para pejabat eksekutif dari 30 perusahaan terbesar di Korea Selatan.
“Langkah pemerintah Jepang yang merusak perekonomian kita demi tujuan politik dan menghubungkan (masalah tersebut) dengan sanksi terhadap Korea Utara tanpa bukti apapun tentu tidak ideal bagi persahabatan dan kerja sama keamanan kedua negara,” ujarnya.
Pemerintah Seoul melihat pembatasan perdagangan Jepang sebagai pembalasan atas keputusan pengadilan Korea Selatan yang memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang untuk memberikan kompensasi kepada para penggugat veteran Korea Selatan atas kerja paksa selama Perang Dunia II dan berencana untuk mengajukan pengaduan ke WTO.
Para pejabat Jepang mengatakan bahan-bahan tersebut hanya dapat diekspor ke mitra dagang tepercaya, dengan alasan risiko keamanan tanpa menyebutkan kasus-kasus tertentu, dan menolak anggapan bahwa tindakan tersebut didorong oleh memburuknya hubungan antara kedua negara terkait dengan masalah sejarah.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan para pembantunya yang konservatif telah mengisyaratkan bahwa mungkin telah terjadi transfer ilegal materi sensitif dari Korea Selatan ke Korea Utara.
Korea Selatan membantah tuduhan tersebut, dan kementerian luar negerinya memanggil pejabat kedutaan Jepang pada hari Senin untuk memprotes pernyataan Abe bahwa mereka tidak dapat dipercaya untuk menerapkan sanksi terhadap Korea Utara.