
Protes atas hasil pemilihan presiden bulan lalu mencengkeram jantung ibu kota Indonesia setelah bentrokan semalam antara polisi dan pengunjuk rasa yang menurut gubernur Jakarta enam orang tewas.
Protes tersebut terjadi setelah pengumuman dini hari pada hari Selasa oleh KPU yang mengkonfirmasi bahwa Presiden Joko Widodo telah mengalahkan penantangnya, mantan jenderal Prabowo Subianto, dalam pemilu tanggal 17 April.
Tonton berita terkini di Channel 7 atau streaming gratis 7 ditambah >>
Protes terus berlanjut setelah terpilihnya kembali Joko Widodo.
Kerumunan orang membengkak di Jakarta Pusat pada Rabu pagi dan polisi mengatakan mereka memperkirakan lebih banyak pengunjuk rasa akan bergabung dengan mereka sebelum malam tiba.
Beberapa dari mereka yang datang membawa tongkat kayu dan beberapa orang mengolesi pasta gigi di sekitar mata mereka, tampaknya untuk melindungi diri dari gas air mata.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia telah memperingatkan warga Australia yang berencana mengunjungi Indonesia untuk sangat berhati-hati karena tingginya ancaman serangan teroris.
Mayoritas pengunjuk rasa tampaknya datang dari luar Jakarta dan polisi menemukan amplop berisi uang pada beberapa orang yang mereka cari, kata juru bicara kepolisian nasional Muhamad Iqbal pada konferensi pers.
“Ini bukan kejadian spontan, ini sesuatu yang disengaja. Ada indikasi massa dibayar dan bertujuan membuat kekacauan,” ujarnya.
Pada hari Selasa, Komisi Pemilihan Umum mengkonfirmasi penghitungan tidak resmi yang dilakukan oleh lembaga survei swasta yang memberi Widodo perolehan suara sebesar 55,5 persen dibandingkan dengan 44,5 persen untuk Prabowo.
Widodo memenangkan lebih dari 85 juta suara dari 154 juta suara yang diberikan di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, namun purnawirawan jenderal Prabowo mengklaim adanya “kecurangan dan penyimpangan besar-besaran”.
Direktur Hukum Prabowo mengatakan tim kampanyenya berencana untuk menggugat hasil pemilu tersebut ke Mahkamah Konstitusi.
Pada hari Senin, sebuah badan pengawas pemilu menolak klaim kecurangan sistematis, dengan alasan kurangnya bukti. Pengamat independen mengatakan pemilu itu bebas dan adil.
Kelompok-kelompok Islam, yang banyak di antaranya mendukung Prabowo, telah mampu memobilisasi ratusan ribu pendukungnya di masa lalu.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan dia yakin ada “upaya sistematis oleh kelompok tertentu… memanfaatkan situasi untuk memperkeruh situasi”, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang telah menyita dua pistol dari orang-orang yang terlibat dalam kerusuhan.
Protes yang dimulai dengan damai pada hari Selasa di lingkungan pasar tekstil Tanah Abang yang luas berubah menjadi kekerasan setelah malam tiba, dan polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengatakan kepada TVOne, hingga pagi hari enam orang tewas dan 200 orang luka-luka.
Situs berita Tirto melaporkan bahwa seorang pria meninggal karena luka tembak di Tanah Abang, mengutip seorang dokter di rumah sakit dekat lokasi tersebut.
Fadli Zon, wakil ketua Gerindra, partai politik pendukung Prabowo, menuduh polisi melancarkan serangan terhadap pengunjuk rasa dan mengatakan dia menemukan 171 peluru, termasuk peluru tajam, ketika dia mengunjungi daerah itu pada Rabu pagi.
“Masyarakat punya hak untuk berdemonstrasi. Mereka adalah orang-orang yang khawatir akan adanya penipuan. Mereka tidak dimobilisasi, dibayar, atau difasilitasi,” kata Zon.
Dahnil Azar Simanjuntak, juru bicara tim kampanye Prabowo, menyerukan “semua pihak untuk menahan diri dan tidak melakukan kekerasan”.
Juru bicara kepolisian Dedi Prasetyo mengatakan aparat keamanan di lapangan, termasuk personel militer, tidak bersenjatakan peluru tajam.
Pihak berwenang Indonesia mengatakan 40.000 personel polisi dan tentara bertugas di seluruh Jakarta untuk menjaga keamanan.
Menteri Keamanan Wiranto mengatakan pemerintah akan memblokir sementara fungsi media sosial tertentu untuk mencegah berita palsu dan berita palsu yang menghasut.