
Para pemilih diyakinkan bahwa langkah-langkah sedang diambil untuk melawan serangan dunia maya selama pemilihan federal yang dijadwalkan pada bulan Mei.
Satuan Tugas Integritas Pemilu sudah dibentuk untuk pemilu sela tahun lalu dan pemilu negara bagian NSW tahun ini, namun belum menangani pemilu nasional.
Serangan dunia maya dan penanaman informasi yang salah secara online selama pemilihan presiden AS tahun 2016 telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia mengenai potensi kerusakan pada demokrasi.
Tonton berita terkini di Channel 7 atau streaming gratis 7 ditambah >>
Komisioner Pemilu Tom Rogers mengatakan dia puas dengan proses yang diterapkan di Australia.
Namun, dia mengaku tidak bisa menjamin tidak akan ada kendala dalam penyelenggaraan pemilu.
“Kita berbicara tentang manusia dan peristiwa logistik yang paling kompleks dan terbesar di Australia pada masa damai, namun saya yakin dengan proses yang kita miliki,” katanya kepada televisi ABC pada hari Rabu.
Sementara itu, Presiden Microsoft Brad Smith mengatakan pada sebuah forum di Canberra bahwa pemilu di seluruh dunia rentan terhadap “komputer di negara-negara yang berada di luar jangkauan supremasi hukum”.
Namun upaya global telah semakin intensif untuk memperkuat sistem demokrasi, dengan menggunakan teknik yang awalnya dikembangkan untuk menangani penjahat terorganisir.
Smith mengatakan pusat data raksasa komputer tersebut menerima lebih dari enam miliar sinyal setiap hari dari seluruh dunia yang diperiksa untuk mengidentifikasi ancaman dan serangan keamanan siber.
Informasi ini kemudian diteruskan ke perusahaan dan pemerintah untuk mengidentifikasi komputer yang terinfeksi dan mengambil tindakan, sementara tindakan hukum juga dapat diambil untuk mengambil kendali domain yang menjadi sumber serangan.
“Kami melihat serangan-serangan ini tidak hanya terhadap politisi dan partai politik, namun semakin meningkat terhadap lembaga think tank, universitas, dan lainnya,” katanya.
“Kami percaya satu-satunya cara untuk mengendalikannya adalah dengan mulai membicarakannya.”
Microsoft memiliki program Pembela Demokrasi sendiri, yang melibatkan kerja sama dengan pemerintah, industri, akademisi, dan organisasi non-pemerintah untuk melindungi kampanye dari peretasan, melindungi proses pemilu, dan mempertahankan kampanye disinformasi.
Negara ini juga berada di balik Seruan Paris untuk Kepercayaan dan Keamanan, yang diluncurkan November lalu untuk membangun koalisi global melawan serangan terhadap demokrasi melalui teknologi.
Meskipun setidaknya 60 negara, termasuk Australia dan Selandia Baru, dan 500 organisasi telah menandatangani perjanjian ini, terdapat kesenjangan besar antara Amerika Serikat dan India yang tidak menandatangani perjanjian ini.
“Dukungan Pemerintah Australia akan sangat penting ketika kami berupaya memperkuat pertahanan multilateral kami,” kata Smith.